siang itu hujan, aku berlari dari kontrakan ke kampus untuk ujian. sial sekali, kenapa tidak ada motor disini, padahal jarak dari kontrakan ke jalan raya saja sudah jauh.
apa boleh buat, kulanjutkan saja berlari sampai kakiku terasa bengkak.
.........
sepulangnya dari ujian, aku masih sial dan terus berlari ke kontrakan dalam kondisi hujan. Untungnya dari jalan kampus ke kontrakan banyak pemandangan indah cewek-cewek bening dengan celana pendek, padahal hujan kali ini dingin banget.
mungkin karena mataku yang kurang ajar kesialanku bertambah, aku lupa kalau ada rumah kosong yang menyeramkan disekitar situ dan aku tanpa sengaja melihatnya.
rumah besar tua dengan rumput setinggi dada di halamannya, pohon-pohon yang mengering, tembong besar yang berkerak dan kehitaman ditambah cuaca yang tidak bersahabat membuatku langsung merinding dan mempercepat lariku.
sepintas kulihat dari depan ada bagian rumput yang roboh,
"tidak mungkin karena angin. tapi, apa mungkin ada orang yang keluar masuk rumah itu?" pikirku.
aku mencoba cuek dan terus berlari ke kontrakan. baru sampai di kontrakan aku langsung berteriak,
"Dimiiii..............! CUCIANKUU...............!"
yang lain hanya tersenyum mendengar teriakanku termasuk Dimi.
aku ngedumel sana-sini sambil membawa cucianku yang dibiarkan kehujanan, huft...... seribu sial hari ini.
aku masuk ke kamar dan ternyata Syahri dan Muhib ada disana, menonton film Kamen Rider yang memang ku koleksi, kulepas baju dan celanaku.
untungnya celana pendekku tidak ikut basah, padahal celana itu kupakai berlapis waktu ke kampus tadi. ternyata ini memang celana keberuntungan.
...............
aku berniat tidur awal malam ini, hujan sore tadi membuatku tidak enak badan, tambah lagi hanya celana pendekku yang selamat dari air, untungnya ukuran baju aku dan Radit tidak berbeda jadi aku bisa memakainya.
saat ke kamar kulihat seseorang sudah menempati ranjangku dengan selimut menutupi sampai kepala.
kupikir itu Radit, karena memang kami tidur sekamar. Tapi bukannya tadi Radit nonton Tv ama Dimi-Muhib-Syahri, terus......
kulihat kakinya yang besar dan berwarna kehijauan, tambah lagi ada jahitan besar yang tampak baru menyambung kakinya.
karena iseng kututup saja kakinya lalu aku tidur di gudang untuk sementara itung-itung bisa ngerjain yang lain kalo dia bangun.
................
sudah tengah malam, semua tidur di kasurnya dan tampak damai, karena agak kecewa aku berniat membangunkan "orang" yang tidur di kasurku. baru saja turun tangga kurasakan sesuatu yang berbeda, aku lantas ke belakang kamarku (kamar asliku dan Radit) sambil mengintip dari celah papan yang aslinya kutambal dengan koran.
ternyata dia bukan manusia, aku baru lihat dan menyadari banyak yang aneh, itu adalah mayat,
dia bergerak dengan tubuh yang penuh sambungan, 'Franken" pikirku.
mayat itu menyadari ada ngin yang melewati celah yang kubuka lalu ia keluar kamar dan menutupnya,
dia melihatku yang diam, pikiranku serasa mati, aku terpaku bahkan tidak sanggup berdiri.
tapi dia melewatiku dan mungkin kembali ke kamar.
"AAAaaaaaa..................."
tiba" ada Ibu yang punya kontrakan melihatnya,
"lhah, ngapaen nenek itu disini "pikirku,
Radit lantas bangun dan menyusul ke sumber teriakan, sementara aku mencari tongkat untuk memukul mayat itu, berharap si mayat akan mati.
baru sampai ke tempat si mayat, kulihat Radit sudah pinsan dan berdarah di kepala.
pukulan tongkatku tidak berpengaruh pada mayat itu, ia hanya berpaling dan membantingku.
tiba-tiba tanganku bersinar,
persis seperti tokoh "No. 4" di film "I am No.4". mayat itu menutup matanya karena silau dan pukulanku mulai berpengaruh.
kupikir ini asik, kemudian kuletakkan tangan kiriku di tengah-tengah dadanya dan tangan kananku di kepala,
entah bagaimana aku nenarik berkas cahaya biru dari tubuhnya dan mayat itu berubah warna menjadi normal,
warna kulit manusia, tanpa sambungan, ukuran tubuh normal dan dia 'hidup"
akhirnya Bangun, Ibu yang punya konytakan malah memeluk si mantan Mayat dan aku bingung sendiri
aku berbalik dan
BRUKKKK....!
aku terjatuh dari ranjang,
"pantes ceritanya aneh, CuMi...!" kataku dalam hati
Zie. L.